yesus jalan dan tujuan

Apakah Yesus hanya Jalan Dan Bukan Tujuan?

Pertanyaan ini banyak sekali ditanyakan oleh orang-orang di luar Kristen dan latar belakang pertanyaan ini adalah ketika Tuhan Yesus berfirman,

Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. “ -Yoh 14:6.

Lalu apakah Yesus hanya sebuah Jalan dan bukan tujuan?

Yesus adalah satu-satunya Jalan?

Ayat ini jelas mengatakan kalau Yesus adalah jalan menuju ke Bapa, artinya melalui Yesus, manusia dapat sampai kepada Bapa di surga. Tetapi apakah Yesus itu satu-satunya jalan atau hanya salah satu dari jalan yang ada?

Ketika Yesus mengatakan tidak ada seorang pun yang datang ke kepada Bapa kalau tidak melalui Aku artinya jelas di luar Yesus tidak ada jalan menuju Bapa.

Siapa pun diri Anda, apa pun agama yang Anda percaya, ketika Anda tidak beriman kepada Yesus, Anak Allah maka Anda tidak akan sampai kepada Bapa.

Sebuah jalan menjadi sama pentingnya dengan tujuan ketika hanya ada satu jalan, kalau sebuah jalan hanya menjadi salah satu dari jalan lainnya tentunya arti jalan itu akan menjadi kurang penting dibanding dengan tujuannya, karena tujuan itu bisa dicapai dengan jalan lainnya.

Dan apabila Anda tahu bahwa hanya ada satu jalan menuju ke suatu tujuan berarti Anda pun tahu kalau tanpa melalui jalan itu Anda tidak akan pernah sampai kepada tujuan Anda, artinya jalan dan tujuan menjadi sama-sama penting karena tanpa jalan itu, Anda tidak akan bisa sampai kepada tujuan itu karena tidak ada jalan yang lain sehingga tujuan itu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari jalan itu, begitu juga sebaliknya, ada ketergantungan yang sangat kuat antara satu tujuan dan satu jalan sehingga membuat kedua-duanya menjadi sama penting.

Beda ceritanya kalau terdapat banyak jalan untuk mencapai satu tujuan, meskipun jalan yang Anda mau lalui ternyata ditutup, Anda bisa mengambil jalan yang lain, Anda bahkan bisa membandingkan berbagai jalan yang sesuai dengan kesukaan Anda, berarti jalan-jalan ini tidak akan sepenting tujuannya karena tujuannya bisa dicapai dengan banyak jalan, sehingga tidak ada ketergantungan sama sekali antara satu jalan dan satu tujuan.

Bahasa asli dari kata Jalan adalah “ho hodos” atau “The Way” yang berarti jalan yang sudah dikenal oleh para pendengarnya dan spesifik, dan perkataan “tidak ada seorang pun” ini menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan yang benar dan utama menuju sebuah tujuan yaitu Bapa di surga.

Baca lebih dalam mengenai Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Jalan Sempit Yang Menyelamatkan Dunia

Saya menentang paham pluralisme agama yang menyatakan kalau banyak jalan menuju Tuhan, memang benar banyak jalan menuju Roma, tetapi hanya ada satu jalan menuju Bapa di surga yaitu melalui Yesus Kristus, Tuhan.

Tetapi kalau Yesus adalah satu-satunya jalan, bukankah itu tampaknya seperti jalan yang sempit?

Bisa jadi benar karena Tuhan Yesus pernah berfirman:

Masuklah melalui pintu yang sempit, karena lebarlah jalan dan luaslah pintu yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya. Karena sempitlah jalan yang menuju kepada hidup dan sedikit orang yang menemukannya.” –Matius 7:13-14

Menjadi jalan satu-satunya kepada Bapa membuat Yesus terkesan eksklusif atau sempit tetapi kalau kita renungkan benar-benar maka kenyataannya justru kebalikannya karena untuk melalui jalan itu Tuhan Yesus tidak menuntut banyak hal seperti pekerjaan baik kita, amal maupun ritual keagamaan, lalu apa yang harus kita lakukan? Hanya percaya!

Jadi jalan itu terbuka untuk siapa saja dan bisa dijalani oleh siapa saja, sehingga di balik Eksklusifitas ada kasih karunia inklusif (terbuka untuk semua orang) dan bersifat universal (untuk seluruh dunia).

Jadi jalan yang tampaknya sempit ternyata bisa dilalui semua orang.

Mari kita bandingkan dengan kepercayaan lain yang menuntut standard moral tertentu, mereka memiliki aturan-aturan, hukum-hukum, ritual-ritual yang harus dipenuhi bahkan terkadang menyiksa diri mereka sendiri supaya mereka bisa mencapai kesempurnaan atau tiba ke surga.

Semua usaha manusia ini ibarat jalan yang lebar, mereka bisa menambahkan atau mengurangi aturan-aturan tertentu sesuai dengan keadaan ataupun perkembangan jaman.

Jalan ini sepertinya bisa dijalani oleh siapa pun juga, terdengar masuk akal dan terlihat ringan. Tetapi ketika mereka mulai mengerjakan aturan-aturan yang dituntut, harapan mereka terasa semakin pudar karena mereka sadar kalau diri mereka lemah, tidak berdaya dan rentan terhadap kesalahan dan dosa.

Jadi jalan yang tampaknya lebar atau inklusif (masuk akal, bisa dijalani oleh siapa saja), menjadi eksklusif (sempit) karena pada akhirnya tidak ada orang yang bisa menaati semua aturannya dengan sempurna, sebenarnya tidak mengherankan karena tidak ada manusia yang sempurna.

Jadi jalan yang tampaknya lebar ternyata tidak bisa dijalani satu orang pun.

Yesus Jalan Atau Tujuan?

Yesus adalah Jalan satu-satunya menuju kepada Bapa sehingga Yesus menjadi sama pentingnya dengan Bapa, karena tanpa Yesus, kita tidak bisa memiliki Bapa. Tanpa Yesus, kita tidak akan sampai kepada Bapa.

Rasul Yohanes pun menuliskan,

Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.” –1 Yohanes 2:23.

Lalu pertanyaan berikutnya adalah apakah Yesus hanya jalan? Ataukah Yesus juga tujuan?

Mendengar perkataan Yesus di Yoh 14:6, tentu kita dapat menyimpulkan kalau Yesus adalah Jalan menuju Bapa, jadi melalui Yesus kita dapat sampai kepada tujuan kita yaitu Bapa.

Tetapi kesimpulan kita ini ternyata juga sama dengan pemahaman murid Tuhan Yesus yang bernama Filipus, dan Filipus sepertinya tidak sabar lagi untuk melihat sosok Bapa yang akan menjadi tujuan hidup dia, sehingga diapun meminta Yesus untuk menunjukkan Bapa kepadanya.

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” –Yoh 14:8.

Tetapi yang menarik adalah apa yang Tuhan Yesus kemudian katakan kepada Filipus,

Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?” –Yoh 14:9-10

Kita bisa bayangkan betapa terkejutnya Filipus ketika dia mendengar jawaban Yesus, bahwa selama ini setiap kali Dia melihat Yesus, ternyata dia telah melihat Bapa karena Bapa berada di dalam Yesus. Dan kalau Bapa adalah tujuan, sedangkan Bapa ada di dalam Yesus, bukankah itu berarti Yesus juga adalah tujuan?

Tuhan Yesus ingin Filipus dan semua murid-murid Nya mengerti kalau Dia tidak hanya sekedar jalan melainkan juga tujuan. Sebagai Firman Allah yang menjadi manusia, tentunya Yesus adalah bagian dari Allah yang tidak dapat dipisahkan secara hakikat, meskipun dalam suatu waktu dapat mengambil rupa seorang hamba (manusia) tetapi dalam keterbatasan sebagai manusia, di dalam diri Yesus berdiam seluruh kepenuhan Allah, sehingga Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia.

Jadi di dalam hakikat Allah Bapa, terdapat juga hakikat Allah Anak, demikian juga Allah Roh Kudus yang datang dari Bapa di dalam nama Anak. Ketiga pribadi ini tidak terpisahkan secara hakikat tetapi berbeda secara pribadi. Ketika Firman menjadi manusia (Yohanes 1:14), Yesus tidak pernah berhenti menjadi Allah, karena sifat kekekalan Allah tidak mungkin dibatasi dengan ruang dan waktu, jadi secara manusia, Yesus berada di dunia ini dalam keterbatasan, tetapi secara hakikat-Nya, Dia memenuhi surga dan dunia setiap saat dan waktu.

Melalui Yesus, kita dapat menyeberang kepada Bapa di surga, tetapi di sana kita juga akan menemukan Yesus di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Yesus, itulah sebabnya Yesus tidak hanya mengatakan diri-Nya sebagai Jalan (The Way), tetapi juga Kebenaran (The Truth) and hidup (The Life).

Sangatlah penting memahami perkataan Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup secara utuh karena sifat jalan yang tidak terpisahkan dari tujuannya yaitu kebenaran dan hidup. Tuhan Yesus adalah jalan dan juga tujuan karena Tuhan Yesus juga berfirman,

Aku dan Bapa adalah satu.” –Yoh 10:30.

Bagikan ke saudara-saudara kita

Renungan lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *