Apakah Yesus Hanya Utusan?
“Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” -Yoh 8:18.
Ketika kita mendengar tentang kata “utusan” maka hal pertama yang kita bayangkan adalah seseorang yang inferior karena diperintah oleh orang lain yang lebih superior.
Apakah pandangan itu benar? Tergantung, bisa benar, bisa jadi tidak benar.
Dalam konteks dunia, ketika seorang atasan mengutus bawahannya pergi ke sebuah kota untuk melakukan suatu tugas maka status kedua orang ini tentu memiliki perbedaan dan orang dengan mudah menyimpulkan kalau utusan itu lebih rendah daripada atasannya.
Tetapi mari kita lanjutkan ceritanya…
Setelah selesai jam kerja, atasan itu akan pulang ke rumahnya yang megah dan mewah tetapi bawahannya akan pulang ke rumahnya yang kecil dan sederhana. Kemudian atasan itu akan makan makanan yang enak-enak, sedangkan bawahannya mungkin hanya makan seadanya saja. Di rumah atasan itu terdapat banyak pelayan yang dia dapat suruh kapan saja, sedangkan bawahannya tidak punya satupun pelayan, semua pekerjaan rumah harus dia kerjakan sendiri.
Tetapi saudara, bagaimana jika atasan dan bawahan itu ternyata adalah ayah dan anak?
Well, kira-kira akan begini ceritanya…
Ketika mereka selesai bekerja, mereka akan pulang ke rumah mewah yang sama, makan di meja yang sama, makan makanan yang sama, bahkan dilayani oleh pelayan-pelayan yang sama di rumah itu dan anak maupun ayahnya dapat menyuruh semua pelayan di rumah itu kapanpun mereka mau.
Jadi, ketika berada di kantor, anak itu memang menjadi bawahan ayahnya. Namun, saat berada di rumah, ia setara dengan ayahnya, memiliki segala sesuatu yang ada di rumah itu, dan mereka sama-sama dilayani oleh semua pelayan yang ada di sana.
Lalu apa yang membedakan kedua “utusan” di atas? Kenapa bawahan yang satu memiliki hidup yang jauh berbeda dengan atasannya? Dan kenapa bawahan yang lain bisa memiliki hidup yang sama enaknya seperti atasannya?
Perbedaannya terletak pada identitas mereka!
Bawahan yang hidupnya berbeda dengan atasannya tidak memiliki hubungan keluarga, sedangkan bawahan yang hidupnya sama seperti atasannya ternyata adalah anak kandung atasan itu sendiri, sehingga jelas kalau status dan hak yang dimiliki oleh kedua bawahan ini tentunya berbeda, meskipun mereka berdua sama-sama bekerja sebagai utusan.
Sekarang mari kita membandingkan mengenai kata utusan dalam konteks agama.
Utusan atau juga disebut dengan nabi adalah seseorang yang dipilih dan dipanggil oleh TUHAN untuk untuk mengabarkan perintah-perintah-Nya ke umat manusia. Tuhan Yesus dan para nabi lainnya tentu memiliki kesamaan dalam hal panggilan mereka sebagai utusan TUHAN.
Tetapi sama seperti cerita di atas tadi, apa perbedaan yang sangat mendasar antara Yesus dan nabi lainnya, apa itu? Ya Betul! Identitas mereka!
Jadi kalau pertanyaan “what” itu menjelaskan mereka sebagai apa (utusan), sedangkan pertanyaan “who” menjelaskan siapa atau identitas mereka (ayah/anak) dan jawaban dari pertanyaan “who” yang akan menentukan besar dan kecil kemuliaan yang mereka miliki.
Kemuliaan Yesus di dalam kekekalan
Tuhan Yesus memang adalah utusan yang diutus oleh Bapa-Nya, tetapi sejak kekekalan Dia sudah berada di dalam surga bersama Bapa-Nya karena identitas Yesus adalah Anak Allah.
“Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” -Yoh 17:5.
Di ayat ini, Yesus mengatakan kalau Dia sudah ada sebelum dunia ada dan memiliki kemuliaan sebagai Anak Allah di hadapan Bapa-Nya di sorga.
Kemuliaan Yesus di dalam kekekalan tentu tidak dimiliki oleh utusan lain seperti Nuh, Musa, Elia, Daniel, Yesaya, Yunus dan lainnya karena mereka diciptakan dan mulai ada di dunia ini saat mereka dilahirkan ke dunia, sedangkan Yesus telah ada sebelum dunia dijadikan. Ia juga berkata, “Sebelum Abraham ada, Aku telah ada” (Yohanes 8:58), yang menunjukkan keberadaan-Nya kekal dan ilahi.
Jadi Yesus kekal sedangkan para nabi tidak kekal.
Yesus telah turun dari sorga
“Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” –Yoh 6:38.
Siapa dari antara para nabi yang pernah mengatakan “telah turun dari sorga?”, Tidak ada! Karena mereka memang tidak memiliki pre-eksistensi atau kehidupan sebelum mereka dilahirkan ke dunia ini.
Hanya Yesus yang pernah mengatakan kalimat, “Aku telah turun dari sorga”. Karena dunia ini bukanlah tempat asal Yesus, dunia ini adalah tempat dimana Yesus diutus.
Tempat asal Yesus adalah dari sorga, dari atas dan bukan dari bawah.
“Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” –Yoh 8:23.
Yesus adalah Anak Allah
Lho apa bedanya Yesus dengan malaikat? Mereka juga disebut anak-anak Allah?
“..pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorai bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai.” –Ayub 38:7.
Memang benar, malaikat adalah makhluk atau roh yang kekal dan mereka juga melayani di sorga, mereka juga pernah disebut dengan anak-anak Allah, lalu apa yang membedakan Yesus dengan malaikat?
Yesus adalah Anak Allah yang tunggal dan unik, Dia adalah pribadi kedua dari trinitas, Dia adalah Firman Allah yang kekal dan dan Firman itu adalah Allah. Sedangkan malaikat adalah ciptaan, tidak unik dan sudah pasti bukan Allah.
Identitas Yesus sebagai Anak Allah kita bisa baca di Matius 16:16, ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya tentang identitas diri-Nya.
“Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
Kemudian, Simon menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”,
Lalu apa reaksi Yesus mendengar pengakuan iman dari Simon ini?
“Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”
Apa yang kita dengar dari mulut Simon bukan berasal dari pengetahuan atau akalnya Simon sendiri, tetapi dari Bapa yang menyatakan kebenaran itu melalui Simon, di sini kita menyaksikan kesaksian Bapa tentang Anak-Nya yaitu Yesus, sang Mesias.
Dan Yesus-pun memberkati pengakuan ini dan mengatakan, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus”, kenapa dia harus berbahagia? Karena sumber dari kebenaran ini bukan berasal dari manusia yang bisa salah atau malaikat yang bisa jatuh, melainkan dari Bapa yang merupakan kebenaran itu sendiri telah menyatakan nya kepada Simon dan kebenaran ini juga telah menjadi pengakuan iman setiap orang yang percaya, iman yang membuka pintu kasih karunia Allah yaitu hidup yang kekal, pengakuan ini bahkan menjadi kesimpulan daripada injil yang kita baca sebagaimana Yohanes menuliskan,
“Tetapi semuanya itu telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama–Nya.” –Yoh 20:31.
Kesaksian Bapa mengenai Anak-Nya
“Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat.” –Yoh 5:37.
Tahukah anda kalau identitas diri Yesus telah disaksikan oleh Bapa, mulai dari nubuatan di kitab Musa, Mazmur, kitab para nabi dan injil?
“Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” –Mazmur 2:7.
“Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” –Matius 3:17
“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” –Matius 17:5
Ketika kita percaya kepada Anak maka kita percaya bahwa kesaksian Bapa adalah benar, sebaliknya kalau kita menyangkal Anak maka kita akan menuduh Bapa berdusta karena kita tidak percaya kesaksian-Nya tentang Anak-Nya sehingga kebenaran tidak ada di dalam kita.
Jadi sama seperti Simon, ketika kita mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, itu bukan berasal dari diri kita sendiri melainkan dari Bapa melalui Roh Kudus-Nya yang diutus ke dalam hati kita di dalam nama Yesus.
Puji syukur kepada Bapa yang telah mengutus Anak-Nya dari sorga ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita dan mendamaikan hubungan antara Allah dan manusia yang telah rusak sehingga kita-pun dimuliakan bersama-sama dengan Kristus dan diangkat menjadi anak-anak Allah, bahkan lebih tinggi dari para malaikat, pemerintah dan penguasa.
Jadi apakah Yesus hanyalah utusan?
Yesus memang utusan tetapi utusan yang sudah ada sebelum dunia ada, utusan yang turun dari sorga dan Yesus adalah Firman yang menjadi manusia, Mesias, Anak Allah.
Ketika seseorang mengirim utusan, utusan itu bertugas untuk menyampaikan suara atau pesan atasan itu, suara itu bukankah sama dengan Firman TUHAN?
Lalu apa pesan Bapa yang Yesus ingin sampaikan bagi saudara dan saya? Kehendak Bapa-Nya!
“Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” -Yoh 6:40.
Buka hati saudara dan terima-lah Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadimu. Dia lebih dari sekedar utusan karena Yesus adalah Mesias, Anak Allah. “Melihat” berbicara tentang iman, iman kepada Yesus, Anak Allah untuk kehidupan yang kekal.
Bagikan ke saudara-saudara kita